Labels

Sabtu, 07 September 2013

Malaysia kini dan esok

Oleh Joseph Gonzales

Seni tari di Malaysia adalah kaleidoskop pengalaman budaya yang meliputi karya kontemporer pascamodern dan multidisipliner sampai produksi tradisional Melayu, Cina dan India. Semuanya telah mencapai titik puncak dalam hal kualitas dan frekuensi penampilan. Pengalaman dialog antarbudaya merupakan bagian kehidupan koreografer Malaysia. Karya-karya mereka adalah ekspresi pelatihan tari yang serbaneka. Sementara penelitian terus dilakukan secara intensif dan tanpa henti, tari tradisional tetap memiliki inti spiritual yang kokoh.

Tempat pertunjukan yang kecil sebagai katalisator kerja sama

Kepulangan banyak penari Malaysia dari luar negeri, antara lain Tan Lian Ho, Anthony Meh, Choo Tee Kuang, Aida Redza, Suhaimi Magi, Joseph Gonzales, Mew Chang Tsing, serta produktivitas berkelanjutan para pelopor seperti Marion D'Cruz dan Ramli Ibrahim telah memberikan pengaruh kuat terhadap seni tari sejak tahun 1990-an. Dibukanya tempat-tempat pertunjukan yang lebih kecil dan panggung-panggung privat seperti Actors Studio Theatre, Sutra Amphi, The Annexe di pasar sentral serta Panggung Bandaraya milik negara pun turut berperan.

Para pemimpin teater-teater tersebut bukan saja menyediakan ruang untuk pertunjukan, melainkan juga memprakarsai tak terhitung banyaknya produksi tari. Dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir semakin banyak didirikan kelompok tari partikelir berlandaskan proyek dengan tim inti artistik permanen, yang bekerja sama dengan sekolah tari dan sekolah dalam hal pendidikan lanjutan di bidang tari.

Pendidikan

Akademi Seni Kebangsaan didirikan pada tahun 1994 dan program Bachelor of Arts (Tari) di University of Malaya pada bulan Desember 2005. Akhirnya ada pendidikan tari purnawaktu di Malaysia. Sejumlah penari dan koreografer yang menyelesaikan kuliah di sini telah menarik perhatian baik di Malaysia maupun di luar negeri. Stepping Out!, sebuah proyek tahunan ASWARA misalnya, merupakan tempat pembibitan yang subur bagi bakat-bakat di bidang koreografi. Sensualitas pada karya-karya yang dihasilkan merupakan perwujudan pendekatan multikultural di dalam pendidikan tari yang didukung oleh para seniman Malaysia: Karya-karya kontemporer memperlihatkan akar tradisional yang kuat.

Festival dan lembaga

Sementara ini Sutra Festival, MyDance Festival, TARI, Youth Studio of Dance dan JAMU, semuanya festival dengan dimensi dan anggaran yang berbeda-beda, telah menjadi platform yang penting. Proyek bersama seniman Malaysia dan luar negeri telah membuka jalan bagi kesediaan menerima risiko dan juga perhatian masyarakat yang lebih besar. Berkat pendanaan antara lain oleh Asian Cultural Council di New York, Arts Network Asia, Department of World Cultures di University of California, Goethe-Institut dan Japan Foundation, kerja sama telah menjadi karakteristik penting dalam pengembangan tari kontemporer di Malaysia selama sepuluh tahun terakhir .

Sejak 2000 berbagai perusahaan besar memberikan dukungan untuk produksi internasional di Kuala Lumpur, sehingga masyarakat lokal Malaysia berkesempatan menyaksikan karya-karya berformat besar seperti itu. Putri Gunung Ledang the Musical, sebuah produksi perusahaan Enfiniti dari Malaysia, telah dipentaskan tiga kali dalam kurun waktu tiga minggu di Istana Budaya, dan dengan demikian telah menciptakan kesempatan kerja bagi seniman, personal di balik layar, tenaga teknik dan perancang.

Pengembangan tari mendapat dukungan dari Kementerian Informasi, Komunikasi dan Kebudayaan, yang telah menganggarkan dana bantuan untuk publikasi, pelatihan dan pementasan. Pada tahun 2003 kakiseni.com, sebuah majalah seni dalam jaringan, meluncurkan penghargaan tahunan Cameronian Arts Awards dengan dukungan sebuah perusahaan minuman. Asia Dance Channel dan KL Dance Watch termasuk publikasi online lebih baru yang berkonsentrasi pada seni tari. Pendirian dewan kesenian nasional masih dalam proses sejak tahun 2002, dan pembentukan Arts Secondary Schools pada bulan 2007 membangkitkan harapan akan tumbuhnya bidang tari profesional di Malaysia.

Joseph Gonzales
adalah ketua departemen tari pada akademi seni nasional ASWARA. Ia guru, penampil, koreografer, komentator olahraga di radio dan televisi dan “selalu belajar”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar