Labels

Sabtu, 07 September 2013

Dari tradisi Maori ke ekspresi tema-tema kontemporer. Riwayat ringkas seni tari Selandia Baru

Oleh Francesca Horsley

Kapa haka adalah tradisi pertama Aotearoas/Selandia Baru dan merupakan bentuk kesenian suku Maori yang mendasar. Cikal bakalnya tiba di Aotearoa ketika orang Maori berdatangan dari pulau-pulau lain di Pasifik dalam gelombang imigrasi yang bermula sekitar tahun 1200.

Latar belakang filsafat tradisi Maori

Tarian ini kemudian merambah ke bidang hiburan dan tradisi lisan, namun tidak pernah kehilangan akar filosofisnya. Kapa haka didasarkan kepada dua teladan dari dunia mitos – hineruhi dan tanerore – yang dalam tradisi whare tapere mengambil sifat-sifat cahaya pada saat matahari terbit dan pada tengah hari.

Kapa haka mencakup waiata-a-ringa (nyanyian mengenai tindakan), waiatatawhito (peristiwa bersejarah dan legenda yang diceritakan melalui tarian dan nyanyian) dan poi (tarian ketangkasan). Energi maskulin dan feminin dipertahankan dalam keadaan seimbang. Kapa haka meliputi masa lalu dan masa kini, menyangkut dunia alam dan mengangkat tema-tema kemasyarakatan. Sejak tahun 1970-an suku-suku Maori setiap dua tahun melakukan pertunjukan pada festival Te Matatini ( banyak wajah).

Pengaruh Eropa

Pada abad ke-19 kaum pendatang dari Eropa membawa tarian rakyat anglo-keltik yang meriah serta tarian standar yang anggun. Tur oleh bintang-bintang seperti Anna Pavlova an kemudian para penari Ballet Russ semakin menambah gairah akan tarian pada awal abad ke-20.  Jumlah kursus tarian yang sedang populer kian bertambah, dan kemudian terjadi pencampuran berbagai gaya.

Perkembangan balet Inggris mencapai Selandia Baru pada tahun 1930-an, dan cara pengajaran Royal Academy of Dance and British Ballet Organisation pun diperkenalkan. Pada tahun 1950-an balet merupakan kegiatan waktu luang yang penting bagi kaum gadis, dan pengawas ujian khusus didatangkan dari Inggris untuk memastikan bahwa semua standar terpenuhi.

Balet, tari ekspresi dan tari modern

Pada tahun 1940-an tari ekspresi dari Eropa dan tari modern dari Amerika memberikan pengaruh kepada sekumpulan kelompok eksperimental yang berjumlah kecil namun bersemangat.

Pada tahun 1953 Royal New Zealand Ballet (RNZB) yang populer didirikan oleh penari Poul Gnatt dari Denmark. Ia orang pertama yang melakukan tur berskala nasional dan memperkenalkan balet kepada khalayak ramai. Meskipun RNZB bekerja sama dengan banyak koreografer Selandia Baru, pertunjukannya didominasi oleh repertoar internasional.

New Zealand School of Dance, yang didirikan pada 1967, adalah akademi tari nasional yang pertama. Bersama dengan program Unitec untuk seni rupa dan film, sekolah ini menghasilkan lulusan profesional terbanyak.

Penyebarluasan tari kontemporer

Ansambel-ansambel kontemporer yang bersifat eksperimental datang dan pergi pada tahun 1970-an. Kelompok Limbs, yang mengangkat tema-tema janggal atau sosio-politik, sempat digemari selama satu dasawarsa di dalam negeri dan juga melakukan tur ke luar negeri. Para penari dan koreografer muda yang tergabung dalam kelompok ini selanjutnya menjadi berpengaruh selama tiga dasawarsa berikut.

Ekspor tari

Selandia Baru sejak dulu “mengekspor” bakat-bakatnya dalam bidang tari. Banyak dari mereka kemudian kembali untuk mendidik generasi selanjutnya. Pada tahun 1980-an Michael Parmenter dan Douglas Wright pergi ke New York. Parmenter menari bersama Erick Hawkins dan Stephen Petronio, Wright dengan Paul Taylor dan DV8 dari Inggris. Ketika kembali mereka meleburkan teknik-teknik tersebut dengan kejasmanian mereka yang keras dan membumi serta dengan materi masing-masing, sehingga membentuk pendekatan yang khas. Kepiawaian dan teknik lantai Wright serta gaya Parmenter yang bercerita dan berfokus pada kerja sama mitra sangat mempengaruhi penari dan koreografer Selandia Baru, seperti yang terlihat pada karya-karya Neil Ieremia dan Raewyn Hill.

Di samping itu juga berkembang gaya yang lebih ringan dan jenaka, misalnya pada karya-karya Shona McCullagh dan Daniel Belton. Keduanya telah meraih sukses internasional dalam genre film tari. Humor tidak lazim, yang merupakan ciri khas orang Selandia Baru, juga diperlihatkan oleh Malia Johnston, Kristian Larsen, Ann Dewey dan Lyne Pringle. Ansambel tari integratif seperti Jolt atau Touch Compass serta ansembel keliling Footnote, yang sudah lama ada, membuka kesempatan penting bagi para koreografer untuk melakukan pembinaan repertoar di sektor pendidikan kebudayaan.

Tari sebagai inti kebudayaan

Kebangkitan kembali budaya Maori sejak tahun 1970-an antara lain menyebabkan pendirian berbagai ansambel tari kontemporer. Altamira Dance Collective adalah yang termuda di antara kelompok-kelompok itu dan menghasilkan karya-karya yang diilhami oleh whakapapa (kisah keluarga), legenda dan tema-tema aktual.

Seni pertunjukan di kawasan Pasifika berkembang pada tahun 1990-an. Gelombang migrasi dari pulau-pulau di kawasan itu telah berlangsung sejak tahun 1960-an, dan Auckland pun menjadi pusat untuk Pasifika modern. Tarian dan nyanyian adalah inti kebudayaan ini. Keduanya menjadi bentuk ekspresi untuk ritual, upacara dan va­ – ruang yang mencakup segala sesuatu. Ansambel tari kontemporer seperti Black Grace pimpinan Ieremia dan MAU pimpinan Lemi Ponifasio menyoroti tradisi, permasalahan seputar identitas Pasifika serta tema-tema politik.

Isolasi geografis dan kendala keuangan

Sejak tahun 1960-an lembaga kesenian yang dibiayai oleh pemerintah menawarkan bantuan finansial terbatas kepada kalangan seniman. Pada tahun 1994 Creative NZ, melalui komite seninya, bersama Te Waka Toi (Komite Seni Maori) dan Pacific Arts Committee meminta agar para seniman lebih memperhatikan aspek ekonomi dan pasar.

Di dalam negeri banyak bermunculan seniman tari muda yang terus melangkahi batas-batas. Isolasi geografis dan kendala keuangan memang merupakan hambatan yang akut, namun juga dapat dilihat secara positif sebagai katalisator untuk pengembangan individualitas dan inovasi yang tidak tergantung tren-tren internasional.
Francesca Horsley
menulis tentang tari, juga kritikus, redaktur dan ahli sejarah tari. Ia redaktur majalah tari Selandia Baru DANZ yang berskala nasional dan penulis resensi untuk New Zealand Listener, majalah mingguan terkemuka untuk tema-tema aktual dan seni. Di samping itu ia mengajar pada program-program perkuliahan untuk orang yang sudah bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar