02 Senin Sep 2013
Posted by mikebm in Art, Choir, Concert reviews, Music
Swingle SingersLimapuluh tahun bukanlah umur yang pendek untuk sebuah grup vokal. Bertahan sampai dengan setengah abad dengan terus diisi oleh talenta-talenta vokalis muda berkualitas adalah berkat dedikasi yang tak kenal lelah untuk terus berkarya. Ya, Swingle Singers kembali ke panggung Aula Simfonia Jakarta setelah Desember lalu memberikan konser perdananya di Jakarta dan kali ini dalam rangka tur ulang tahun grup ini yang ke-50.
Swingle Singers yang saat ini berdomisili di London membawakan program yang mengesankan dengan berbagai pilihan karya-karya mereka selama 50 tahun terakhir. Dimulai dari aransemen pendiri grup ini Ward Swingle di dekade 1960-an atas beberapa musik klasik seperti Badinerie – J.S. Bach hingga Clair de Lune karya Debussy sampai dengan Lady Madonna yang dipopulerkan The Beatles dan Swingle Ladies yang diplesetkan dari lagu populer Beyoncé Single Ladies.
Grup vokal yang saat ini beranggotakan 7 orang vokalis muda Inggris ini pun juga menampilkan beberapa karya orisinal mereka seperti Reservoir Kids yang ditulis penyanyi bas Ed Randell sembari dipadu sepotong Gymnopedie no.1 dari Eric Satie. Piper yang ditulis oleh alto Clare Wheeler, Randell dan tenor Oliver Griffiths juga Hiding Your Smile yang ditulis soprano Jo Goldsmith-Eteson juga ditampilkan malam itu, sebagai wajah lain Swingle Singers yang tidak hanya aktif mengaransemen dan mengkover lagu artis lain. Selain itu anggota-anggota lain seperti bariton Kevin Fox, Sara Brimer juga aktif menuliskan aransemen vokal untuk grup yang sepanjang sejarahnya telah memenangkan 5 Grammy Awards ini dan telah menelurkan lebih dari 50 album ini.
Tampil dengan santai namun bergairah, Swingle Singers mengundang decak kagum bagi pendengarnya. Tatanan vokal yang apik yang dieksekusi dengan bersih, sembari dipadu dengan olah vokal yang begitu fleksibel memproduksi beragam suara, sangat patut diacungi jempol. Teknik mikrofon dan mixing suara pun begitu terolah dengan sedemikan baik sehingga berkali-kali penulis merasa seakan mendengarkan perfeksi dari suara rekaman, padahal mereka bernyanyi live.
Swingle di era 60-an
Mereka pun padu dalam blocking, tata gerak dan koreografi. Dari lagu tradisional Poor Wayfaring Stranger yang terkesan sederhana, Libertango dari Piazzolla yang terkesan formal, hingga The Diva Aria yang diambil dari karya opera Donizetti yang mengundang gelak tawa penonton; semua ditampilkan dengan memukau. Mereka pun bergantian berinteraksi dengan penonton menjelaskan karya yang mereka nyanyikan dan aktivitas mereka baru-baru ini dengan menarik. Ranah berbagai genre musik juga mereka jelajahi, dari dendang Latin Jazz Spain yang dipopulerkan Chick Corea, mengiringi sampling rekaman uzur Billie Holiday menyanyikan Don’t Explain, hingga rock alternatif Alanis Morisette dalam You Oughta Know yang semuanya dikemas dalam gaya akapela (tanpa iringan alat musik) ala Swingle Singers yang terkadang dihiasi oleh dentum vokal beatbox yang kuat.
Hampir seluruh penonton bertepuk tangan riuh dan bersorak ketika grup yang saat ini menjadi kurator festival London A Cappella Festival. Tak ayal, mereka kembali ke atas panggung untuk membawakan medley Blackbird dan I Will dari grup legendaris The Beatles yang dipadu menjadi satu lagu utuh yang manis. Dan khusus bagi pencinta musik Jakarta, Swingle Singers menyuguhkan satu karya encore aransemen baru dari Toni Sianipar atas lagu Erros Djarot Merpati Putih yang dipopulerkan oleh Chrisye di film Badai Pasti Berlalu-1977. Suguhan ini sontak menerima sambutan hangat, pun sang komposer juga hadir di tengah penonton.
Seiring dengan ‘Slamat berpisah’ yang didengungkan dalam lagu itu, penonton malam itu meninggalkan gedung konser dengan senyum, melangkah ringan puas dengan penampilan musik yang begitu berkualitas juga sekaligus menghibur. Sebuah perpaduan menarik yang tidak mudah untuk dilupakan. Pun bagi beberapa orang penonton, konser malam ini juga menjadi perspektif baru pemahaman akan serunya musik vokal akapela yang begitu menyegarkan dari grup bersejarah yang terus aktif menghiasi belantika musik selama setengah abad ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar