Suatu malam menjelang pagi, mungkin 18 atau 19 Juni 1971 di Cafe de Flore, Paris, dua musisi rock blues amatir terperangah mendapati seorang lelaki setengah mabuk yang bertepuk tangan di hadapan mereka.KEDUANYA baru usai memainkan komposisi Marrakesh Express. Komposisi yang tak terlalu awam. Itulah nomor folk rock yang direkam tahun 1969 oleh Crosby, Stills & Nash (CSN). Tak banyak yang bertepuk tangan. Hanya lelaki setengah mabuk itu yang memberi apresiasi tinggi.
Saat mereka turun panggung, lelaki yang rakus menegak whiski itu menghampiri, memperkenalkan diri, lantas mengajak keduanya bermain bersama. “Ayo, malam ini kita rekam sebuah lagu,” katanya.
Seorang dari musisi amatir menatap wajah lelaki setengah mabuk lekat-lekat. Masih tak percaya. Masih merasa malam itu dia sekadar bermimpi. “Apakah Anda benar-benar Jim Morrison?”
Kisah ini menjadi satu dari beberapa bagian yang menggetarkan dalam chapter akhir kisah hidup James Douglas Morrison, vokalis The Doors. Pertemuan di kafe itu, yang lantas berlanjut ke sebuah studio, menghasilkan satu rekaman bernilai tinggi, The Lost Paris Tape: Jomo & the Smoothies Tape.
Rekaman ini berisi tiga lagu, yakni Warm Up & Tuning (4:30 menit), Starting Now! (1:14), Orange County Suite (8:41). Menurut Stephen Davis dalam Jim Morrison: Life, Death, Legend (2006), lagu terakhir inilah yang direkam Jim bersama “two unidentified American street musician“. Dua nomor lain dipercaya sudah direkam sebelumnya di Amerika Serikat, beberapa pekan sebelum ia melarikan diri ke Paris. Orange County Suite bercerita perihal kekaguman Jim pada kekasihnya, Pamela Courson.
Ini warisan terakhir Jim. Ia meninggalkan pula sebuah buku tulis yang berisi catatan pribadi, lagu-lagu belum rampung dan puluhan puisi. Karya-karya puisi ini, bersama karya puisi lain yang “tercecer”, kemudian dibukukan dalam Wilderness: The Lost Writings Of Jim Morrison (1988).
Jim Morrison adalah penyair juga. Atau lebih tepatnya, orang yang terobsesi menjadi penyair besar. Syair-syair lagunya jelas menggambarkan kehebatannya dalam merangkai kata -dan dunia mengakuinya. Tapi Morrison ingin lebih. Ia ingin mendekati level Oscar Wilde, Charles Baudelaire dan Ernest Hemingway, tiga penyair yang dikaguminya. Perjalanan Jim Morrison ke Paris diyakini untuk menapaktilasi laku kepengarangan penyair-penyair legendaris tersebut. Ia sempat menginap di kamar hotel tempat Wilde ditemukan tewas.
Ia menulis sejumlah puisi di Paris. Namun musiklah yang tetap membuatnya dirasuk kebahagiaan. Dua pekan setelah – seperti ditulis Davis- kegembiraan di bilik studio bersama dua musisi jalanan Amerika itu, pada dinihari 3 Juli 1971, Jim ditemukan tak bernyawa di bathtub kamar apartemennya.
Kematian yang menjadi misteri hingga kini. Memang, dugaan terbesar adalah overdosis. Pamela Courson, dalam catatannya yang ditemukan kemudian, menyebut bahwa beberapa jam sebelum ditemukan mati, ia dan Jim mengonsumsi heroin dalam jumlah besar.
“Waktu itu Jim sedang sakit. Batuknya parah, makin sering mengeluarkan darah. Tapi dia masih kuat. Dia masih bisa bernyanyi. Heroin bukan masalah baginya. Malam itu kami hanya sedikit bergembira. Setelah Jim tak bernafas, saya panik dan membuang seluruh heroin ke toilet. Polisi sama sekali tak tahu tentang hal ini. Mereka mengira Jim mengonsumsi heroin di tempat lain,” kata Pamela.
Keterangan ini tak diungkapnya pada polisi. Namun pada sejumlah kerabat dan rekan-rekan Jim, tidak terlalu yakin Jim overdosis. Ray Mazarek, personel The Doors yang merupakan karib Morrison sejak kuliah di UCLA, bahkan menampik keras pernyataan itu. Menurutnya, Jim Morrison memang pemabuk kelas kakap. Ia minum alkohol seperti minum air putih saja. Sendirian bisa dihabiskannya tiga botol Wiski dalam semalam. Namun ia tak pernah menyentuh kokain, heroin, atau sebangsanya. Menurut Manzarek, Jim benci jarum suntik.
Dugaan konspirasi pun muncul. Jim Morrison, seperti juga John Lennon, adalah musisi yang sangat dibenci pemerintah Amerika Serikat. Syair lagu-lagu mereka sangat tajam mengkritik. Mereka adalah musisi yang intens mengikuti perkembangan politik. Jim secara terang-terangan menempatkan diri di posisi yang berseberangan dengan presiden AS waktu itu, Richard Nixon.
Pamela Courson ditemukan tewas pula tiga tahun setelah kematian Jim. Ikut tewas juga Jean de Bruel. Posisi de Bruel dalam kehidupan Jim dan Pamela terbilang unik. Ia teman Jim, mantan pacar Pamela, dan pemasok heroin untuk mereka berdua. Sebuah teori menyebut De Bruel pembunuh Jim. Ia menghabisi Jim saat sedang “fly” di dalam bathtub. Dan ia melakukannya atas suruhan demi kepentingan politik. Itu sebabnya, untuk memutus rantai rahasia, De Bruel juga kemudian dibunuh. Namun kecurigaan konspirasi ini tidak pernah dapat dibuktikan.(*)
Dimuat Harian Tribun Medan
5 Juli 2011 (Dengan sejumlah penambahan dimuat kembali di Tribun Medan Digital Newspaper, edisi sore, Selasa, 3 Juli 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar