Labels

Senin, 09 September 2013

Pencitraan Seni Keramik

Museum Vorderasiatisches di Berlin, Jerman, mengoleksi temuan sebuah piring Samarra yang berumur 5000 tahun sebelum masehi yang ditemukan di dataran Irak. Piring itu sudah menggunakan teknik lukisan/gambar pada keramiknya. Bentuk karya seni peninggalan purba dari tanah liat juga ditemukan gua d'Audoubert, Arieege, Perancis yang berasal dari masa Magdalenian 13500 sebelum masehi.

Kedua artefak itu menjelaskan kepada kita bahwa benda-benda keramik sudah dibuat oleh masyarakat purba puluhan ribu tahun sebelum Masehi dan kini menjadi peninggalan karya seni keramik purba. Serta sistem nilai religi yang kini jadi mitologi sebagai sistem penandanya di dalamnya. Seni keramik yang berkembang pada saat kini tidak terlepas dari sejarah keramik itu dibuat, yang membedakan hanya konteks sejarah masyarakat pendukungnya serta kemajuan estetik secara ilmiah di masa sekarang yang dipengaruhi oleh teknologi informasi dan budaya-budaya baru.
Seni keramik pada era seni rupa modern abad ke-20 bertumpu pada pemahaman 'form follow function' dimana teknologi berperan dalam produksi massal benda-benda seni. Kita bisa melihat benda seni keramik berfungsi dalam interior ruangan para kolektor atau museum dengan pemahaman estetik fungsional. Oleh sebab itu tidak hanya karya seni keramik dengan bentuk-bentuk estetik yang berkembang di ruang terbatas dalam konsumsi masyarakat borjuis modern, tapi benda-benda keramik dalam genre craft karena kuantitas yang dapat dipesan dalam jumlah banyak.
Maka industri seni berkembang pesat untuk memenuhi pengalaman estetik masyarakat modern kelas menengah di Eropa dan Amerika. Sementara itu masyarakat Eropa Timur yang sudah sejak jaman purba bersentuhan dengan seni keramik sebagai medium artistik sekaligus religius pun mulai bergeser pada fungsi profan. Seni keramik pada awal abad 21 yang ditandai dengan kebudayaan pasca-modernisme mulai menggeser pengalaman estetiknya pada pemahaman "form follow fun" dimana tanda-tanda budaya primitif sampai budaya kekinian dikombinasikan untuk memperoleh nilai yang lebih kompleks. Budaya mitos dan budaya manipulasi komputer menjadi satu kesatuan bentuk sehingga melahirkan bentuk-bentuk seni keramik yang memuat banyak referensi budaya.
Perkembangan seni rupa saat ini memungkinkan berbagai macam teknik produksi benda-benda seni, demikian halnya dengan seni keramik. Bentuk-bentuk figuratif atau ornamen dapat diaplikasikan ke dalam karya seni keramik yang dikombinasikan dengan pengolahan seni patung. Julian Stallabrass dalam "Contemporary Art" (2004) mengatakan bahwa sekarang ini bermacam-macam bentuk, teknik, dan subject-matter dalam seni rupa sudah benar-benar campur-aduk. Media konvensional seperti lukisan, patung dan seni cetak saring sudah berkembang secara artistik pada seni instalasi dan ‘media baru’.

Seni keramik di Indonesia sendiri memiliki peluang besar dalam kompetisi pasar seni keramik internasional karena material keramik yang diproduksi tak kalah bersaing dengan kualitas seni keramik dengan material yang ada di dunia. Situasi ini merupakan tantangan kreatif bagi para seniman dan pengrajin keramik di tengah pasar seni rupa saat ini. Hal ini sekaligus berkaitan dengan pencitraan kembali seni keramik buatan Indonesia di dunia. Yang perlu digarisbawahi saat ini adalah bagaimana menciptakan produk seni keramik baru yang sesuai dengan situasi jaman saat ini dimana masyarakat banyak mengonsumsi budaya kota-memenuhi kebutuhan masyarakat urban, misalnya.
David Cottington dalam "Modern Art" (2005) mengatakan bahwa kualitas dan aspirasi dalam seni rupa yang disebut ‘avant-garde’ antara lain seni rupa yang mencari metoda untuk menyatakan sesuatu yang baru di jamannya, menjelaskan implikasi dari media visual baru. Mereka mempertahankan suatu klaim estetik yang otonom, bahkan mengubah nilai-nilai usang pada pertengahan abad 19, sebelum seni rupa itu dengan seniman radikalnya merasa cukup secara estetik dalam membangun sebuah komunitas.
Salah satu komunitas yang mengolah benda pakai sehari-hari antara lain Jatiwangi Art Factory di Desa Jatisura, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Melihat struktur sosial komunitas Jatiwangi Art Factory ini dapat dikatakan bahwa mereka hidup di tengah masyarakat agraris dan berkedudukan sebagai salah satu roda perekonomian wilayah majalengka. Komunitas Jatiwangi Art Factory saat ini mengembangkan material keramik untuk membuat alat musik instrumen. John Heskett dalam "Design" (2002) mengatakan, "Trend yang penting lainnya adalah dampak teknologi baru, seperti teknologi informasi dan manufaktur yang fleksibel, terbuka pada kemungkinan membuat desain produk khusus yang lebih rinci untuk kebutuhan pasar yang khusus pula.” Beberapa desainer terlebih dahulu menggunakan pendekatan baru melalui pemanfaatan metodologi berbasis produk terhadap perilaku konsumen; pemanfaatan perangkat keras dan perangkat lunak serta bekerja seperti perencana strategi dalam sistem desain yang kompleks.

Pencitraan-ulang seni keramik Indonesia saat ini membutuhkan strategi komunikasi yang efektif dan efisien di wilayah seni rupa, sehingga mampu menjangkau wilayah-wilayah artistik yang lebih luas dan spesifik. Paling tidak ada dua strategi yang dapat digunakan guna mengakomodasi kebutuhan pasar; pertama akomodatif terhadap tuntutan estetik yang khusus dan spesifik di wilayah seni rupa kekinian. Kedua, menciptakan inovasi-inovasi bentuk dan fungsi produk untuk menciptakan pasar baru.
Sekarang jamannya permainan tanda-tanda budaya global yang melingkupi budaya tradisi. Budaya modern, dan budaya masa kini. Produk seni keramik dapat mengambil posisi strategis di tengah pasar seni rupa kontemporer dan pasar seni rendah dengan kuantitas massal. (Dari berbagai sumber)

Argus Firmansah,
Jurnalis serta Kurator Art Photography

Tidak ada komentar:

Posting Komentar