Museum
Vorderasiatisches di Berlin, Jerman, mengoleksi temuan sebuah piring
Samarra yang berumur 5000 tahun sebelum masehi yang ditemukan di dataran
Irak. Piring itu sudah menggunakan teknik lukisan/gambar pada
keramiknya. Bentuk karya seni peninggalan purba dari tanah liat juga
ditemukan gua d'Audoubert, Arieege, Perancis yang berasal dari masa
Magdalenian 13500 sebelum masehi.
Kedua
artefak itu menjelaskan kepada kita bahwa benda-benda keramik sudah
dibuat oleh masyarakat purba puluhan ribu tahun sebelum Masehi dan kini
menjadi peninggalan karya seni keramik purba. Serta sistem nilai religi
yang kini jadi mitologi sebagai sistem penandanya di dalamnya. Seni
keramik yang berkembang pada saat kini tidak terlepas dari sejarah
keramik itu dibuat, yang membedakan hanya konteks sejarah masyarakat
pendukungnya serta kemajuan estetik secara ilmiah di masa sekarang yang
dipengaruhi oleh teknologi informasi dan budaya-budaya baru.
Seni keramik pada era seni rupa modern abad ke-20 bertumpu pada pemahaman 'form follow function'
dimana teknologi berperan dalam produksi massal benda-benda seni. Kita
bisa melihat benda seni keramik berfungsi dalam interior ruangan para
kolektor atau museum dengan pemahaman estetik fungsional. Oleh sebab itu
tidak hanya karya seni keramik dengan bentuk-bentuk estetik yang
berkembang di ruang terbatas dalam konsumsi masyarakat borjuis modern,
tapi benda-benda keramik dalam genre craft karena kuantitas yang dapat dipesan dalam jumlah banyak.
Maka
industri seni berkembang pesat untuk memenuhi pengalaman estetik
masyarakat modern kelas menengah di Eropa dan Amerika. Sementara itu
masyarakat Eropa Timur yang sudah sejak jaman purba bersentuhan dengan
seni keramik sebagai medium artistik sekaligus religius pun mulai
bergeser pada fungsi profan. Seni keramik pada awal abad 21 yang
ditandai dengan kebudayaan pasca-modernisme mulai menggeser pengalaman
estetiknya pada pemahaman "form follow fun" dimana tanda-tanda
budaya primitif sampai budaya kekinian dikombinasikan untuk memperoleh
nilai yang lebih kompleks. Budaya mitos dan budaya manipulasi komputer
menjadi satu kesatuan bentuk sehingga melahirkan bentuk-bentuk seni
keramik yang memuat banyak referensi budaya.
Perkembangan
seni rupa saat ini memungkinkan berbagai macam teknik produksi
benda-benda seni, demikian halnya dengan seni keramik. Bentuk-bentuk
figuratif atau ornamen dapat diaplikasikan ke dalam karya seni keramik
yang dikombinasikan dengan pengolahan seni patung. Julian Stallabrass dalam "Contemporary Art" (2004) mengatakan bahwa sekarang ini bermacam-macam bentuk, teknik, dan subject-matter
dalam seni rupa sudah benar-benar campur-aduk. Media konvensional
seperti lukisan, patung dan seni cetak saring sudah berkembang secara
artistik pada seni instalasi dan ‘media baru’.
Seni
keramik di Indonesia sendiri memiliki peluang besar dalam kompetisi
pasar seni keramik internasional karena material keramik yang diproduksi
tak kalah bersaing dengan kualitas seni keramik dengan material yang
ada di dunia. Situasi ini merupakan tantangan kreatif bagi para seniman
dan pengrajin keramik di tengah pasar seni rupa saat ini. Hal ini
sekaligus berkaitan dengan pencitraan kembali seni keramik buatan
Indonesia di dunia. Yang perlu digarisbawahi saat ini adalah bagaimana
menciptakan produk seni keramik baru yang sesuai dengan situasi jaman
saat ini dimana masyarakat banyak mengonsumsi budaya kota-memenuhi
kebutuhan masyarakat urban, misalnya.
David Cottington dalam "Modern Art" (2005) mengatakan bahwa kualitas dan aspirasi dalam seni rupa yang disebut ‘avant-garde’
antara lain seni rupa yang mencari metoda untuk menyatakan sesuatu yang
baru di jamannya, menjelaskan implikasi dari media visual baru. Mereka
mempertahankan suatu klaim estetik yang otonom, bahkan mengubah
nilai-nilai usang pada pertengahan abad 19, sebelum seni rupa itu dengan
seniman radikalnya merasa cukup secara estetik dalam membangun sebuah
komunitas.
Salah
satu komunitas yang mengolah benda pakai sehari-hari antara lain
Jatiwangi Art Factory di Desa Jatisura, Kabupaten Majalengka, Jawa
Barat. Melihat struktur sosial komunitas Jatiwangi Art Factory ini dapat
dikatakan bahwa mereka hidup di tengah masyarakat agraris dan
berkedudukan sebagai salah satu roda perekonomian wilayah majalengka.
Komunitas Jatiwangi Art Factory saat ini mengembangkan material keramik
untuk membuat alat musik instrumen. John Heskett dalam "Design" (2002)
mengatakan, "Trend yang penting lainnya adalah dampak teknologi baru,
seperti teknologi informasi dan manufaktur yang fleksibel, terbuka pada
kemungkinan membuat desain produk khusus yang lebih rinci untuk
kebutuhan pasar yang khusus pula.” Beberapa desainer terlebih dahulu
menggunakan pendekatan baru melalui pemanfaatan metodologi berbasis
produk terhadap perilaku konsumen; pemanfaatan perangkat keras dan
perangkat lunak serta bekerja seperti perencana strategi dalam sistem
desain yang kompleks.
Pencitraan-ulang
seni keramik Indonesia saat ini membutuhkan strategi komunikasi yang
efektif dan efisien di wilayah seni rupa, sehingga mampu menjangkau
wilayah-wilayah artistik yang lebih luas dan spesifik. Paling tidak ada
dua strategi yang dapat digunakan guna mengakomodasi kebutuhan pasar;
pertama akomodatif terhadap tuntutan estetik yang khusus dan spesifik di
wilayah seni rupa kekinian. Kedua, menciptakan inovasi-inovasi bentuk
dan fungsi produk untuk menciptakan pasar baru.
Sekarang
jamannya permainan tanda-tanda budaya global yang melingkupi budaya
tradisi. Budaya modern, dan budaya masa kini. Produk seni keramik dapat
mengambil posisi strategis di tengah pasar seni rupa kontemporer dan
pasar seni rendah dengan kuantitas massal. (Dari berbagai sumber)
Argus Firmansah,
Jurnalis serta Kurator Art Photography
Tidak ada komentar:
Posting Komentar